Jika ingin membuka usaha sampingan namun harus berkutat dengan pekerjaan formal yang cukup menyita waktu, maka dropshipper jawabannya. Usaha ini tidak mengharuskan kita untuk membungkus barang, sehingga lebih bisa menghemat waktu dan tenaga. Sedangkan reseller memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dropshipper.
Karena selain pemasaran, reseller juga harus mengurus stok produk. Maka ketika barang tidak laku terjual, maka reseller berisiko mengalami kerugian. Karena tidak harus bersentuhan langsung dengan barang, drophipper memiliki risiko yang cenderung lebih kecil.
Risiko terburuk menjadi dropshipper hanya modal untuk promosi. Apabila barang kosongpun dropshipper tidak mengalami kerugian, karena tidak mengeluarkan modal apapun.
Setelah itu pasarkan nama domain tersebut dengan sistem lelang. Nama domain yang bagus bisa dihargai mulai dari $500 sampai $100, 000 bahkan lebih. Supaya produk laku terjual, pemilik produk harus rajin memperkenalkan diri sampai terbentuk reputasi yang bagus. Apabilabelum memiliki reputasi untuk menjual tulisan sendiri, menjual di marketplace bisa jadi pilihan untuk membangun image produk.
Maka, kita harus menjaga kepercayaan pelanggan dengan memperhatikan kualitas produk yang kita jual. Sebelum membuat foto produk, kita dapat mencari contoh foto produk yang menurut kita sesuai untuk menarik pembeli.
Dilihat dari skema di atas, perbedaan reseller dan dropshipper dari segi modal tentu sudah terlihat. Untuk menyetok barang, seorang reseller harus memiliki modal yang cukup terlebih dahulu. Penjualan secara online berarti pembeli hanya dapat melihat produk yang kita jual dari foto dan dari keterangan yang kita berikan mengenai produk tersebut.
Bisnis online juga tidak memiliki batasan waktu, baik pagi, siang, malam, detik, menit, dan jam. Segalanya bersifat instan, mudah, dan ketersediaan Anda dalam membalas pesan-pesan konsumen. Selain itu, modal dalam berbisnis online hanyalah gadget dengan fitur mendukung, kemampuan dan kuota internet.